" Dan taatilah Allah dan Rasul,supaya kamu di beri Rahmat ". ( Q.S.3:132 )

30.1.11

Khalifah Alex

Seorang perawan desa, sedang bersolek.Perawan desa itu menyenandungkan lagu Teresa Teng sambil menyisir rambutnya yang panjang hitam berkilau. "Goodbye my love, wo ce te ai ni..." senandungnya.Dan si perawan itu pun disambit gayung kayu oleh ibu tirinya. "Nyanyi mulu! Kerja!"."Iya... Mami..., iya... maaf..", dia memohon sambil berlari ke dapur.


Lupa kalo bakiak, tertinggal sebelah.Dan bakiak si perawan yang tertinggal itu disambar burung gagak. Burung gagak tersebut terbang menjauhi Guangzhou dan karena kelelahan, menjatuhkan bakiak itu ke atas kepala penyair pribadi Khalifah. Nama penyair itu ThuKang ThuThur."Bakiak, darimana?", Khalifah teringat kalau dirinya belum sembahyang.ThuKang ThuThur rupanya sedang jail binti iseng, karena menyambit bakiak ke kepala Khalifah Alex.

Khalifah Alex yang bingung mendongak ke langit. "Apa mungkin... ini petunjuk Ilahi?"."Tapi, Khalifah? Setahu hamba, bakiak hanya ada di Nusantaya... tapi kok ada huruf Kanjinya? Terbaca, Ling Hay...! "Coba ku lihat...!" dia langsung merebut bakiak itu. "Mungkinkah ini milik TKW?", gumamnya."Tidak mungkin milik TKW..." ujar Khalifah Alex, ia memegang bakiak itu dan berkata tenang.." Ah aku mencium bau yang menakjubkan", "Bau kaki cantengan Khalifah?" tanya sang penyair. "Bukan, Bau Balsem..!"Balsem, TiongKok", jerit Khalifah.


Ia teringat temen kecilnya, Ling Hay, yang diboyong Bapaknya ke Guang Zhou, karena ibunya menolak diPoligamy. "Mungkin Ling Hay, tinggal bersama Ibu Tirinya", bisik hati Khalifah.Sang penguasa negeri dengan hukum Tuhan itu pun mendadak terdiam. Percikan-percikan kenangan masa kecil yang terlupakan mendadak memenuhi angan.Kenapa aku harus mengingatnya lagi? kenangan itu membuatku ingin..menulis syair lagi.


Sudah lama aku tak merangkai kata-kata indah di atas lembar cinta". Khilafah menatap selembar kertas yang tergeletak di atas meja."Ling Hay, dimanakah gerangan dikau...?Adakah engkau ingat ketika berlarian berkubang pasir di pantai Meulaboh?", sang Penyair tersenyum. Khalifah, sedang hm... hmm...Sementara itu di Guang Zhou, sang gadis sedang mengkebutkan seprai basah sambil menatap langit biru di atasnya.


Percikan air membentuk pelangi mini di bawah teriknya matahari musim panas ketika dia seolah mendengar suara bisikan dari hembusan angin.suara hembusan yang sepertinya mengatakan bahwa di sebuah Kekhilafaan mengadakan sayembara untuk khilafahnya yang masih jomblo......"Ah, tidak! Itu negeri dengan sistem khilafah, sedangkan aku penganut Konfusianisme," sergah gadis manis yang menurut kabar burung adalah putri Kaisar Cina.Tetapi tentu sahaja kabar burung ini pun sampai ke telinga penyair pribadi Khilafah yang nganggur sementara. Nganggur karena majikannya sibuk mengarang berlembar-lembar cerita kenangan tentang teman masa kecilnya.


Dan Ling Hay pun bersin-bersin."Ah, kalau aku yang menemukan bakal dianggap saudara sang khalifah nih, tapi kalau aku kawini Ling Hay mungkin malah naik tahta," pikir sang penyair. Dia lalu mendatangi Hufdy si penyiar.Tiba-tiba, Khalifah teringat foto masa kecilnya bersama Ling Hay. "Perbanyak Foto ini... dan siapkan 7 armada laut, kita cari Ling Hay ke daratan Tiongkok...", tadinya lesu, jadi semangat. Umat Khalifah mulai sibuk.


Sementara itu, di daratan Tiongkok, ternyata ada 2 orang yang bernama Ling Hay! Yang satu bernama Ma Ling Li Hay, orang Guangzhou. Yang lain bernama Ju Ling Li Hay, putri kaisar."Namun Khalifah masih inget, ada tanda khusus di kuping kirinya".Hufdy si penyiar pun angkat bicara kepada seluruh penduduk pesisir Tiongkok. "Carikan wanita, namanya Ling Hay, yang bertanda khusus di kuping kirinya!"."Sayembara dibatalkan, tapi khusus buat Rakyat Tiongkok masih berlaku" Keesokkan harinya, berangkatlah armada yang besar itu, berlayar ke samudera luas, demi sebuah cinta.Armada kapal yang dikenal dengan "Armada 1000 Janda", sebuah nama yang menjadi momok perompak laut manapun. Penyair kini gelisah.


"Gawat, jangan sampai ketemu..."."sama bajak laut Nop dan Nov, mereka itu penentang utama Khalifah...".Tapi kalau armada khalifah bertemu dua bajak laut itu kekuatan mereka kian surut. Laksamana Cengdem pasti mudah menghancurkan mereka. "Dengan begitu nanti aku yang dikirim mencari Ling Hay. Asiiik... kesempatan baik nih," gumam penyair menyeringai.Ling Hay... I lob yu... kata sang penyair sambil garuk garuk celana."HATCHI!" Ling Hay bersin, padahal dia tidak sedang sakit flu. Saat itu dia sedang menunggu di kamar sendiri.


Katanya, dia akan dijual oleh ibu tirinya ke seorang saudagar To Long yang kaya raya.Nama lengkapnya Liong To Long. Dialah pemilik jaringan warung doyong di daratan Cina. Banyak pejabat ibukota yang konon menjadi pelanggan warungnya.Liong To Long yang bawel, ndud, serakah dan cerewet itu datang menemui mami tiri Ma Ling Li Hay. "Pokoknya, cici tenang, Ling Hay dijamin masa depannya a!" Liong To Long sudah membayangkan harga yang akan diberi oleh pegawai istana kaisar Tiongkok.Apalagi Li Hay masih perawan. Harga yang umumnya dibayarkan bagi gadis seperti dirinya sangat mahal, sekitar 1000 keping emas.


Tapi rakyat Tiongkok belum menyadari bahwa ada armada besar sedang bergerak ke arah pesisir Guangzhou.Sementara di istana Kaisar, putri Ling Hay aka Ju Ling Li Hay sedang resah dan gundah gulana. Karena didengarnya armada Khalifah mencari dirinya."Cici mau rumah yang lebih layak, mobil, peralatan masak..., tinggal ambil ke Toko, kami akan bayar uang mukanya", tambah Liong To Long. "Angsurannya.....?!"."Cici tenang, pokoknya semua beres," jawab Liong To Long. Di istana, kaisar direcoki oleh putri Ling Hay. "Ayahanda, armada Khalifah berlayar ke mari, apakah itu ancaman perang bagi Tiongkok?!"."Kau tahu dari mana?" Sang kaisar yang mendadak buyar lamunannya.

Tiap kali melihat putrinya itu, kaisar selalu ingat mendiang istrinya, Su Ling Bo Hay."Dari... pokoknya ada aja deh ayahanda! Sekarang ayahanda harus siapkan armada perang Tiongkok!" paksa putri Ju Ling Li Hay. Sementara itu armada kapal Khalifah Alex semakin mendekati daratan Tiongkok. Dan malam itu, Ma Ling Li Hay dijual...Diam-diam kabar itu, sampai pula ke telinga She Fa La, kekasih gelap Ling Hay. Tak bisa tidur dia malam itu."Haiya, itu khalifa mau apa hah? Di negeri lain juga banyak perempuannya," pikirnya. Kebetulan dia adalah sepupu jauh Laksamana Cengdem.


Segera saja Fa La bangkit dari dipan menuju ke kediaman sang laksamana.Begitu Fa La sampai di tempat Laksamana Cengdem, ternyata sang Laksamana sudah dipanggil terlebih dahulu ke istana oleh Kaisar. Kaisar menitahkan Laksamana Cengdem untuk menyiapkan pasukan kekaisaran.Armada 1000 janda terus bergerak mendekati daratan guangzhou, sementara itu berita adanya pergerakan armada ini, sampai juga di telinga bajak laut Nop & Nov, mereka lalu bersepakat membentuk kekuatan untuk menggempur negeri tiongkok yang Komunis.....Berita ini pun sampai ke telinga Kaisar Tiongkok dan putri Ling Hay.


Putri Ling Hay pun memerintahkan para selir kaisar untuk bersiap. Dan betapa kagetnya putri Ling Hay, ketika melihat salah satu selir kaisar sangat mirip dengan dirinya.Raut muka mereka berdua sangat mirip. Bedanya wajah selir satu itu terdapat guratan-guratan tanda penuaan. Ling Hay memandangi perempuan itu sejenak. "Ehm..." Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi ada sesuatu yang mengganjal hatinya."Eh..." selir itu juga hendak bertanya, tetapi kemudian menundukkan kepala.


Di telinganya ada sebuah tanda lahir berbentuk bulan sabit. "Siapa namamu?" tanya putri Ling Hay. "Ma Ling Li Hay," jawab selir itu."Lho kok?..." sang putri tampak kaget. "Lho kok apa tuan putri?" Selir baru itu menjawab dengan nada agak ketakutan. Maklum, dia tak biasa berdialog dengan keluarga kerajaan."Kog nama kita sama?! Dan mirip pula!" putri Ling Hay berseru dengan terkejut. Selir Ling Hay terdiam, bingung. Putri Ling Hay lalu membimbing selir itu menuju singasana Kaisar tanpa berkata apa-apa.Laksamana cengdem segera menyiapkan pasukan untuk menyambut kedatangan armada 1000 janda, beserta kemungkinan serangan yang di lakukan bajak laut nopnop.Di kapal, Khalifah Alex mendapat kabar bahwa kedatangan armadanya akan disambut oleh Laksamana Cengdem. Khalifah pun langsung bertindak cepat dengan menghubungi Laksamana Cengdem.


Begini pesannya..."Aku adalah pimpinan kerajaan terbesar di dunia. Kami bangsa pilihan Tuhan. Sambutlah kami dengan sukacita, maka kami menjamin keselamatan dan kehidupan kekal di surga." Begitu bunyi surat yang kemudian di bawa burung gagak ke kapal Cengdem.Bergetarlah hati laks cengdem membaca surat tersebut, terlebih lagi, dikirim melalui burung gagak, yang melambangkan kematian, segeralah ia membalas surat tersebut sebagai berikut........"oke bro, santai aja dulu di kapal nanti saya samperin anda."balasan yang tidak pernah di duga sama sekali oleh sang khalifah.Sementara itu, di jantung pemerintahan sang khalifah, Hufdy asyik sendiri dengan acara casting ribuan pelamar.


"Mantap kali™! Awak macam raja minyak sahaja," ujarnya sambil menoleh ke arah si penyair yang baru masuk ruangan mirip studio fim itu.Laki-laki itu hanya menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mulut ternganga lebar. Dia sama sekali belum pernah melihat tempat seperti ini. Maklum, wong ndeso!Kembali ke........Armada 1000 Janda. "Nenek moyangku seorang pelaut... Jalesveva Jayamahe..." Terdengar nyanyian dari para pendayung sebuah kapal. Kapten Abu Kriskros tak kurang suka dengan nyanyian para kru kapalnya itu. "Nyanyian apa itu?"."Nyanyian nenek moyangku orang pelaut, kapten!" balas para pendayung serempak.


"Salah!" bentak Kapten Abu Kriskros. "Kalian ini kan tinggalnya selama ini di gurun, harusnya nenek moyangku seorang...".Penunggang Onta........jawab kapten Abu Kriskros (yang udah ganti nama?).Sang kapten lalu memainkan gitar gambus miliknya, "Terajanaaa... Terajanaaa..." Abu Kriskros bersenandung dengan suara serak-serak fales. "Beuh... Itu sih lagu India," gumam Warjito, nahkoda kapal.Tiba-tiba... BUAKH! PLAAK! Abu Kriskros dilempar sendal oleh Khalifah Alex. "Sumbang kali suara ente! Ganti! Saya mau lagu Iwan Fals!".Nahkoda kapalpun menekan tombol di dekat kemudinya.


Layar LCD kecil mulai menyala, sebuah MP3 Player. "Mata indah bola pingpong..." Terdengar lagu yang kebetulan menjadi kenangan Khalifah dengan Ling Hay.Khalifah pun mengusap matanya yang sembab, teringat kenangan masa kecilnya... Ling Hay yang manis, yang baik hati... yang makannya ngalahin anak sekampung kecuali dia... di mana dan bagaimana nasibnya sekarang... Khalifah Alex pun melan lagi...Dia kembali membuat syair-syair cinta. "Wahai adinda, engkau bagaikan semut di seberang samudera.


Jauh di mata dekat di hati... Lautan luas kuseberangi demi mendapatkan cintamu. Tanpamu, aku bak binatang jalang yang datang menerjang karang...".Sementara itu putri Ling Hay berguman dalam hatinya "siapakah selir baru itu, yang bernama Ma Ling Li Hay?, mengapa wajahnya sangat mirip denganku" gumannya dalam hati, "ah, lebih baik aku mencari tau, apakah aku mempunyai saudara kembar?", maka.....Putri Ling Hay pun menemui Ibu Suri, Empress Dowager Memeth. "Ibu Suri, mohon katakan kepadaku, apakah adinda ini memiliki saudara kembar?" Ibu suri terdiam, lalu menjawab,"benar anakku, saudara kembarmu dititipkan pada petani yang ada di Guangzhou, karena di kuping kirinya ada sebuah tanda yang tidak lazim sebagai seorang putri kaisar". maka teringatlah putri Ling Hay saat berbicara dengan selir itu, selalu........... memegang kuping kirinyanya.. Pertama putri Ling Hay mengira kalau kuping kiri selir itu lagi gatal. Baru dia mengerti sekarang, mengapa ia selalu memegang kuping kirinya. "Kenapa aku tidak mengerti isyarat yang disampaikannya ya?"


sekian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer